Ilustrasi: Kitab Suci Al Quran |
Perlu ada upaya untuk menggiatkan tadabur, seperti
menggalakkan kegiatan mengaji di masjid dan mushala.
Meski bersyarat, tadabur lebih fleksibel dari
tafsir. Ribuan orang menghadiri acara tadabbur Alquran di Istiqlal. Mereka
berdatangan dari sekitar Jabodetabek. Semuanya duduk ber sila mendengarkan
pemahaman dan perenungan Alquran dari Ketua Lembaga Tadabur Alquran
Internasional Syaikh Nasir Umar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (2/6).
Ribuan umat Islam memenuhi lantai dua Masjid Istiqlal, Jakarta. Mereka dengan tekun menyimak para pembicara. Sesekali teriakan takbir menggema di antara ribuan jamaah itu.
Ketua Lembaga Tadabur Internasional Prof Naseer
al-Omar mengatakan, tadabur itu berlaku general untuk semua kalangan yang paham
bahasa Arab, baik pria ataupun wanita. Bahkan, non-Muslim pun dituntut untuk
bertadabur. Dia mengutip surah Muhammad ayat ke-24. “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?”
Tak terkecuali munafik, liberal, atau sekuler.
Jadi, ujar Sekjen Persatuan Ula ma Islam itu, tadabur adalah cara untuk melihat
makna dan pesan di balik sebuah ayat yang berdampak dahsyat pa da iman,
moralitas, dan interaksi dengan seksama. Dengan syarat, tidak mendatangkan
makna yang melenceng dari ayat. Misalnya, kisah Musa meminta pertolongan dua
putri Syuaib. Sebagian orang salah memahami itu menunjukkan bolehnya
percampuran lawan jenis, pada hal jika dipahami jeli justru mengisyaratkan
sebaliknya.
Sayangnya, tambah dia, meski mengalami peningkatan
yang cukup signifi kan, namun masih belum sepopuler gerakan belajar tajwid
ataupun menghafal Alquran. “Kita ingin lebih dari sekadar hafalan,” katanya.
Menurut dia, dibandignkan dengan tafsir, tadabur
lebih fleksibel. Karenanya, dia dan lembaganya menargetkan agar tadabur bisa
dikonsumsi banyak kalangan. Dari berbagai usia, tak terkecuali anak kecil.
Begitu pula orang umum bisa menangkap pesan dan nilai Alquran, tanpa harus
masuk ranah tafsir. Ini karena jika dalam konteks pribadi, tadabur lebih
fleksibel. Berbeda bila untuk konsumsi publik, seperti ceramah ataupun media.
“Maka, rujuklah kembali ke pendapat ulama,” katanya.
Membaca, mengamati, meneliti maknamakna yang
terkandung di dalam Alquran dari awal hingga akhir adalah upaya yang disebut
dengan tadabur Alquran, jelas Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Bandung, Prof
Rosihon Anwar, kepada Republilka, Selasa (4/6). “Aktivitas tadabur Alquran bisa
dilakukan oleh siapa pun asalkan dia bisa membaca Alquran. Ini yang paling
dasar,” katanya.
Syarat untuk bisa menadaburi Alquran adalah bisa
membacanya. Maka, mengulang-ulang membaca Alquran adalah salah satu cara untuk
bertadabur. Yang paling utama adalah memahami makna setiap kata Alquran. “Jika
kita membaca Alquran lalu gemetarlah hati kita dan bertambah iman kita, maka
itu adalah tadabur Alquran,” katanya.
Tadabur Alquran akan lebih sempurna bila yang
melakukannya memahami ilmu Alquran. Ilmu-ilmu Alquran penting untuk memahami
ayat-ayat hukum dan mutsayabih. Nantinya juga akan dibarengi dengan pemahaman
sebabsebab diturunkannya ayat tersebut.
Ia menyebutkan tadabur Alquran merupakan bagian
dari memahami Kitab Suci tersebut. Jadi, nantinya adalah mencari kebenaran dari
Alquran, bukan untuk menjustifi kasi kepentingan pribadi. Tadabur juga harus
dilakukan dengan pemahaman bahasa Arab yang baik. Bagaimana bisa seseorang
menghayati dan merenungkan Alquran jika tidak mampu memahami bahasanya.
Penjelasan serupa disampaikan oleh Manajer Pusat
Studi Alquran (PSQ) Jakarta Dr Mukhlis M Hanafi . Penyabet gelar doktor di
Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, itu menyatakan tadabur Alquran bisa dimaksud
memahami dan meresapi maknanya. Hal ini kerap terjadi ketika seseorang menghafal
dan membaca Alquran.
Dia menyatakan perlu ada upaya untuk menggiatkan
tadabur, seperti menggalakkan kegiatan mengaji di masjid dan mushala. Upaya lainnya menggalakkan tadabur Alquran adalah
dengan memperlakukan Kalam Allah SWT itu seperti halnya saha bat memperlakukan
Alquran. “Para sahabat membaca Alquran seperti membaca surat cinta. Dipahami
betul kata-katanya. Kemudian, diresapi dan dihayati,” jelasnya.
Oleh Erdy Nasrul
Republika.co.id, Redaktur
: Heri Ruslan, Repost by Bio