Foto; antiliberalnews.com |
Umat Muslim Indonesia bangga mempunyai Kapolri
yang memberikan kebebasan kepada para Polwan menggunakan Jilbab waktu dinas.
Alasan Kapolri jelas, penegakan HAM, dimana Polwan Muslim juga mempunyai hak
dan keleluasaan menjalankan ibadahnya secara kafah. Polwan dan mayoritas Umat Muslim Indonesia mengapresiasi secara positif. Namun pada tataran
pelaksanaan justru banyak menemui kendala. Pejabat Polri di tingkat bawahnya tidak
pandai menjabarkan kebijakan pimpinan. Terlalu kaku, prosedural dan reaktif.
Penggunaan jilbab bagi Polwan ditanggapi terlalu berlebihan. Apalagi hampir semua elemen masyarakat dan mass media ikut nimbrung ngrecokin, sehingga persoalan yang seharusnya simpel dan mudah malah menjadi runyam.
Kalau kita memahami; bahwa hidup di bumi Indonesia ini
walaupun bukan negara Islam, tetapi hak ibadah dijamin oleh Pancasila dan UUD 45.
Jadi statusnya sudah sangat jelas. Perintah Alloh dan perintah negara untuk menjalankan
agamanya secara baik sudah sejalan. Apa lagi kebimbangannya? Masalah teknis
sebenarnya dapat diatur sambil jalan, toh contohnya sudah ada yaitu seragam
Polwan di Nangro Aceh Darussalam. Masalah anggaran untuk sementara diatasi dengan
menyerahkan pembelian jilbab kepada para Polwan. Para Polwan dengan senang hati
pasti akan berusaha mengadakan. Selanjutnya pengadaan dinas diusulkan kepada DPR
untuk tahun anggaran 2014 yang sudah dekat.
Di bawah ini pendapat Ustadz Yusuf Mansur melalui Harian Republika yang boleh dikatakan
dapat mewakili umat Muslim Indonesia.
Kapolri bakal disayang Allah, Rasul-Nya, dan
masyarakat muslim muslimah di Tanah Air, bila nggak menunda keinginan
para polisi wanita (polwan) untuk memakai jilbab. Sebab, memakai jilbab adalah
perintah Allah. Karena itu, sambil menunggu aturan, sebaiknya tetap jalan saja.
Soal dana, masyarakat mau kok membantu Polri
untuk pengadaan jilbabnya. Kita patungan saja. Saya yakin, banyak yang setuju
dan siap membantu.
Karena itu, saya ajak semuanya, kawan-kawan, untuk
mendoakan Kapolri dan kita semua, supaya semuanya dimudahkan.
Kalo kata orang Lombok, Kajuman. Kajuman itu
maksudnya adalah adanya sesuatu yang harusnya nggak dikerjakan, malah
dikerjakan. Yang harusnya nggak diomongin, malah diomongin.
Soal jilbab, akhirnya jadi rame lagi. Dua jempol dah
kita berikan kepada Kapolri yang telah membolehkan polwannya untuk berjilbab.
Sayangnya, itu hanya seumur jagung.
Tapi, kita tetap berdoa, sebab bila Kapolri mengizinkan
polwan untuk berjilbab, Insya Allah, banyak masyarakat yang akan membela dan
membantu, bila Polri ada masalah.
Agak susah-susah gampang mendakwahi soal jilbab. Nah,
ini ketika sudah pada pengen pake jilbab, maka ini harusnya jadi kesempatan.
Jadi pahala dan kebaikan, pasti akan mengalir kepada pimpinan Polri.
Sambil menunggu peraturan manusia, biarkan saja
saudari-saudari kami di institusi Polri memakai jilbab yang ada. Karena
sesungguhnya itu akan menjadi kebaikan.
Ini jadi perhatian banget loh buat muslim-muslimah.
Maaf ya. Jadi agak sensi nih. Pimpinan yang muslim saja, susah banget.
Bagaimana kalau pimpinannya dari yang lain?
Ini mau nggak mau jadi bicara seperti ini. Pimpinan,
pemerintahan, yang muslim, mayoritas muslim, ternyata pelaksanaan ajaran Islam
nggak selancar yang diharapkan.
Bagaimana kalau pimpinannya bukan muslim? Inilah, kata
orang Lombok, Kajuman. Nggak efektif, nggak produktif. Jadi selalu
memunculkan kecurigaan.
Kita doakan, semoga pimpinan Polri membolehkan
polwannya memakai jilbab, tanpa menundanya. Kita bersedia membantu soal dana
pengadaan jilbab. Supaya nggak perlu melewati proses panjang ketok palu
anggaran.
Kita lihat beberapa waktu ke depan ya. Yang pasti kita
doakan, sebab polri dan pimpinannya, serta yang lainnya juga, adalah saudara
kita, teman kita.
Kita butuh Polri, atas izin Allah. Kita doakan
semuanya, buat negeri kita, keluarga, yang sedang sakit, yang sedang kesusahan,
semoga semuanya diberikan jalan kemudahan dan keberkahan.
Silakan buka Alquran surah an-Nur ayat 39-40. Baca,
pahami, resapi, dan jalankan, insya Allah akan diberikan kemudahan dan
jalan.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, Redaktur :
Damanhuri Zuhri
Bagaimana dengan Korp Wanita
TNI? Menyusul atau bareng nih!
Doc. by Kang Wirya
paradigma serta asas fundamental kita dan teman2 polisi itu berbeda. meski tak menutup kemungkinan hal ini jg diaplikasin di tubuh TNI, toh ini hal positif selama itu masih memperhatikan asar normatif dan tak mnjd mutlak.
BalasHapus